INDO NIGHT SPOT – Netflix akan meluncurkan dokumenter untuk penghormatan dan menyentuh hati untuk salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah musik elektronik yaitu Avicii. Pada tanggal 31 Desember 2024, penggemar di seluruh dunia akan berkesempatan untuk menyaksikan Avicii – I’m Tim, sebuah dokumenter intim yang mengeksplorasi kehidupan Tim Bergling, atau yang dikenal jutaan orang sebagai Avicii.
Dokumenter ini, yang disutradarai oleh Henrik Burman dan diproduksi oleh Björn Tjärnberg, menjanjikan tidak hanya untuk menceritakan kebangkitan seorang musisi berbakat tetapi juga untuk menggali lebih dalam bab-bab yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam hidupnya. Film ini akan disertai dengan perilisan khusus Avicii – My Last Show, yang menampilkan penampilan langsung terakhir DJ tersebut di Ushuaïa Ibiza, momen emosional yang menandai berakhirnya sebuah era.
Sekilas mengenai Avicii
Perjalanan Avicii dari seorang anak laki-laki yang pendiam dan introspektif di Stockholm menjadi seorang superstar EDM internasional sungguh luar biasa. Lahir pada tahun 1989, Tim Bergling menemukan kecintaannya pada musik di usia dini, menciptakan irama di komputernya yang kemudian akan merevolusi dunia elektronik global. Dokumenter Netflix ini bertujuan untuk mengupas lapisan-lapisan kehidupan Avicii, memberikan para penggemar akses yang belum pernah ada sebelumnya ke film-film rumahan, rekaman pribadi, dan wawancara eksklusif. Yang membedakan film ini dari narasi sebelumnya adalah perspektifnya yang unik: Tim sendiri berperan sebagai narator, berbagi refleksi dengan kata-katanya sendiri, yang diambil dari rekaman arsip sebelum kematiannya yang terlalu dini pada tahun 2018.
Gaya bercerita orang pertama yang mentah ini menjanjikan untuk membawa penonton lebih dekat untuk memahami pengalaman, pikiran, dan perjuangan Tim. Film Burman melampaui penghargaan dan stadion yang penuh sesak, menangkap sosok pria di balik julukan tersebut. “Melalui dirinya sendiri dan semua orang yang dekat dengannya—keluarga, rekan artis, dan sahabat—kita mengenal Tim—anak laki-laki di balik Avicii—untuk pertama kalinya,” demikian bunyi sinopsis film tersebut. Film ini menjanjikan eksplorasi yang menyentuh tentang keberadaan ganda Tim: sebagai ikon global yang dikagumi dan sebagai individu yang menghadapi tekanan kuat dari ketenaran dan tantangan pribadi.
Dampak Avicii pada musik sangat mendalam. Perpaduannya yang unik antara musik dansa elektronik dengan unsur-unsur folk dan soul mengubah lanskap EDM dan memikat penonton di seluruh dunia. Single terobosannya Levels (2011) menjadi lagu yang menentukan dekade ini, melambungkannya ke ketenaran internasional dan meletakkan dasar bagi hits berikutnya seperti Wake Me Up dan Hey Brother. Lagu-lagu terakhir, yang menampilkan vokal Aloe Blacc yang bergema dan integrasi instrumen akustik, menyoroti kemampuan Avicii untuk memadukan cerita yang menyentuh hati dengan ketukan yang unik.
Kolaborasi dengan artis seperti Chris Martin dari Coldplay (A Sky Full of Stars) dan Nile Rodgers (Lay Me Down) menunjukkan keserbagunaannya dan kemauannya untuk melampaui batas-batas kreatif. Film dokumenter yang akan datang ini akan menampilkan para kolaborator terkenal ini bersama mantan manajer Avicii, Ash Pournouri, yang memberikan wawasan di balik layar tentang pengejaran Tim yang tak kenal lelah akan kesempurnaan musikal.

The Last Goodbye: Ushuaïa Ibiza
Selain film dokumenter tersebut, Netflix akan merilis Avicii – My Last Show, sebuah film konser yang merekam penampilan terakhir Avicii di Ushuaïa Ibiza pada bulan Agustus 2016. Peristiwa ini menandai babak penting dan pahit dalam kariernya. Setelah bertahun-tahun melakukan tur tanpa henti dan menghadapi dampaknya terhadap kesehatan mental dan fisiknya, Tim membuat keputusan sulit untuk menjauh dari pertunjukan langsung di usianya yang baru 26 tahun. Pertunjukan Ushuaïa merangkum esensi dari pertunjukan langsung Avicii—menyenangkan, menggetarkan, dan sangat emosional—sambil mengisyaratkan emosi kompleks yang ia bawa.
“Saya perlu membuat perubahan yang telah lama saya perjuangkan,” tulis Tim dalam pesan yang menyentuh hati di situs webnya pada bulan Maret 2016. Meskipun telah meninggalkan panggung, ia terus berkarya di bidang musik, berusaha keras untuk menangkap melodi yang telah membuatnya terkenal. Tragisnya, pada tanggal 20 April 2018, Tim Bergling meninggal dunia di Muscat, Oman, pada usia 28 tahun, meninggalkan kekosongan di dunia musik dan menimbulkan pertanyaan tentang tekanan yang menyertai ketenaran.
Warisan yang Diperkuat Melalui Seni
Kisah Avicii bukan hanya tentang musik; ini adalah kisah peringatan tentang harga yang harus dibayar untuk mengejar ketenaran tanpa henti dan pengingat yang menyentuh tentang pentingnya kesehatan mental. Film dokumenter ini bukanlah upaya pertama untuk menceritakan kisah ini—Avicii: True Stories (2017) telah melukiskan gambaran awal tentang dampak ketenaran yang menimpanya—tetapi I’m Tim menjanjikan sentuhan yang lebih dalam dan lebih personal. Film ini sejalan dengan upaya terbaru lainnya untuk menjaga warisannya tetap hidup, seperti biografi Tim karya Måns Mosesson yang terbit pada tahun 2022 dan buku foto, Avicii: The Life and Music of Tim Bergling, yang mengabadikan perjalanannya melalui gambar.
Selain itu, Yayasan Tim Bergling, yang didirikan oleh keluarganya, telah mengumpulkan dana yang signifikan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental, melanjutkan pekerjaan yang mungkin diinginkan Tim untuk orang lain yang menghadapi tantangan serupa. Yang paling menonjol, lelang amal barang-barang pribadinya berhasil mengumpulkan hampir $750.000, yang disalurkan untuk mendukung inisiatif kesehatan mental.
Penghormatan yang Berkesan
Menjelang akhir tahun 2024, Avicii – I’m Tim hadir sebagai penghormatan bukan hanya kepada seorang bintang yang telah memberikan musik yang tak terlupakan bagi dunia, tetapi juga kepada seorang pemuda yang kreativitas dan perjuangannya bergema jauh melampaui lantai dansa. Bagi para penggemar dan pendengar baru, dokumenter ini akan menjadi kesempatan untuk terhubung kembali dengan kejeniusan dan kemanusiaan Avicii. Film ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat bahwa di balik ketukan dan sorotan adalah Tim Bergling—seorang pelopor, seorang putra, seorang teman, dan seorang pria yang menjalani hasratnya sepenuhnya, bahkan ketika itu harus mengorbankan banyak biaya pribadi.
Tandai kalender Anda untuk tanggal 31 Desember dan bersiaplah untuk menyaksikan sesuatu yang menyentuh hati dari sebuah warisan elektronik musik yang menginspirasi hingga kini.